MENJAGA SEMANGAT KEMANUSIAAN LINTAS GOLONGAN
Pengantar Lelang Karya Seni dalam “Gitaris untuk Negeri: Donasi Gempa Cianjur”
Gempa senantiasa datang tak terduga. Senin (21/11/2022) siang, sekitar pukul 13.21 WIB, tiba-tiba gedung-gedung di Jakarta bergoyang lumayan kencang. Goyangan itu sangat terasa bagi warga di Ibu kota, terutama mereka yang sedang berada di ketinggian.
Kebetulan saat itu kami, tim Corporate Communication Kompas Gramedia (KG), sedang rapat program di lantai 17 Menara Kompas di Palmerah, Jakarta. Begitu merasakan getaran mengagetkan, kami langsung menduga, ini pasti gempa. Teringat beberapa kali skenario mitigasi bencana, kami serta serta mencari perlindungan dengan mepet ke dekat tiang utama gedung. Kami bertahan di situ sampai goyangan mereda.
Setelah tenang, kami periksa linimasa media sosial. Benar saja. Akun BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) di Twitter memposting informasi, telah terjadi gempa bumi dengan skala kekuatan (moment magnitude scale, Mw) 5.6 yang memusat di Cianjur, Jawa Barat. Dengan kedalaman sekitar 10 kilometer dari permukaan tanah dan pusat getaran (hiposenter) berada di dekat pemukiman penduduk, gunjangan gempa berdaya rusak tinggi. Apalagi, material tanah di kawasan itu rentan patah dan bergerak serta punya topografi yang berbukit.
Hingga hari ke-13 pascagempa, Sabtu (3/12/2022), tercatat 334 orang meninggal dan 8 orang hilang. Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah pengungsi gempa di Cianjur, Jawa Barat, mencapai 73.874 orang di 325 titik pengungsian. Sebagian dari mereka mengalami gejala inspeksi saluran pernapasan (ISPA), batuk, flu, dan diare. Mereka membutuhkan tempat tinggal, bahan makanan, pakaian, serta obat-obatan.
Tak hanya rumah tempat tinggal, gempa juga merusak jalan, rumah ibadah, pasar, serta sekolah. Berdasar data Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Cianjur, sebanyak 422 unit bangunan dengan 1.653 ruang lembaga pendidikan anak, dasar, menengah, dan atas di kawasan itu mengalami rusak berat atau ringan. Proses belajar-mengajar pun tergganggu.
Hingga kini, ribuan warga korban gempa di Cianjur masih bertahan di pengungsian dengan segala keterbatasan. Proses pemulihan pasca gempa membutuhkan dukungan dan bantuan (dana, material, moral) dari masyarakat luas. Semua pihak perlu bahu-membahu untuk membantu warga terdampak bencana alam itu.
Tak berselang lama, sejumlah gitaris menghubungi Bentara Budaya Jakarta. Mereka mengajak untuk kembali menggelar konser amal untuk menggalang donasi bagi para korban gempa Cianjur. “Meeting” pertama kami gelar via “Zoom” pada Jumat (25/11/2022) pagi. Dari gitaris, hadir antara lain Dewa Budjana, Ridho “Slank”, Endah, Rama “Nidji”, dan Kongko. Bergabung pula perwakilan dari Dana Kemanusiaan Kompas (DKK), Harian Kompas, Bentara Budaya, dan Corporate Communication KG. Dilanjut kemudian dengan pertemuan tatap muka di Bentara Budaya Jakarta, Senin (28/11/2022) siang.
Hasilnya, kami bersepakat untuk menggelar konser amal “Gitaris untuk Negeri: Donasi Gempa Cianjur” di halaman Bentara Budaya Jakarta, Rabu (7/12/2022), puku 19.00-22.00 WIB). Meski dihubungi mendadak, ternyata puluhan musisi terarik untuk ambil bagian dari pertunjukan seni ini. Para gitaris, penyanyi, dan grup band itu siap pentas, berolaborasi, menghibur penonton, sekaligus mengajak publik untuk membantu masyarakat korban gempa di Cianjur. Seluruh hasil donasi disalurkan kepada korban bencana melalui DKK.
Kami bergerak secara spontan. Meski mendadak, semua berjalan baik. Semangat para musisi sungguh mengharukan. Dewa Budjana bercerita, hampir semua gitaris yang dihubungi bersedia tampil, asalkan mereka memang senggang saat hari “H” rencana pentas. Lantaran panggung dan durasi pentas terbatas, para seniman itu juga rela berkolaborasi satu sama lain.
“Gitaris untuk Negeri 2022” menjadi konser amal keempat yang pernah digelar di Bentara Budaya Jakarta. Kegiatan serupa pernah tiga kali dilakukan sebelumnya. Tahun 2010, misalnya, digelar pentas “Dari Gitaris untuk Indonesia” untuk galang donasi bagi korban bencana di Gunung Merapi dan Mentawai. Tahun 2014, dihelat “Gitaris untuk Negeri” untuk mengumpulkan sumbangan bagi korban erupsi Gunung Sinabung, banjir Jakarta, banjir Manado. Kemudian pada 2018, diselenggarakan pentas “Gitaris Indonesia Peduli Negeri” untuk mencari donasi bagi korban gempa Palu, Sulawesi Tengah.
“Gitaris untuk Negeri: Donasi Gempa Cianjur” kali ini dilengkapi dengan lelang karya seni, yaitu lukisan dan gitar. Ada sejumlah seniman yang menyumbangkan lukisannyya untuk dibeli para donatur. Gitaris dan beberapa brand produsen gitar juga menyerahkan gitarnya untuk dilelang. Semua karya seni yang terjual, berapa pun harga jualnya, semua dimasukkan sebagai donasi untuk korban gempa Cianjur yang disalurkan melalui DKK.
Untuk mempermudah proses pendataan dan pembelian lukisan dan gitar, dibuat katalog simpel ini. Diharapkan para donatur atau kolektor seni mendapatkan informasi baik tentang para seniman dan karya seni yang disumbangkan untuk lelang amal. Para seniman yang berpartisipasi dalam lelang berasal dari berbagai generasi, kecenderungan visual karya, dan kelompok. Mereka umumnya pernah berpameran di Bentara Budaya.
Terima kasih untuk para seniman, gitaris, dan produsen gitar yang rela melepaskan karya seninya untuk lelang amal. Penghargaan bagi para musisi yang tampil dalam konser. Salut bagi semua pihak yang memberikan support serta menjadi panitia dadakan dan berjibaku mewujudkan amal baik ini. Apresiasi untuk para donatur.
Semoga kerja sama ini dapat terus dijalin demi menjaga empati dan semangat kerja kita untuk kemanusiaan yang melampaui kelompok, agama, suku, ras, atau golongan. Menarik mengingat pesan KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Presiden RI tahun 1999-2001: “Tidak penting apapun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak akan pernah tanya apa agamamu.”
Palmerah, 5 Desember 2022
Ilham Khoiri
General Manager Bentara Budaya & Communication Management Kompas Gramedia