Dengan gembira, Bentara Budaya kembali menggelar koleksi lukisan dari para seniman yang pernah berpameran di Bentara tahun 2003 sampai 2005. Karya-karya itu merupakan hadiah dari para seniman saat berpameran di lembaga kebudayaan Kompas Gramedia ini. Karena itu, disebut “tanda mata.”
Karya-karya itu sudah menjadi bagian dari koleksi Bentara dan telah diterbitkan dalam buku “Perjalanan Seni Lukis Indonesia: Koleksi Bentara Budaya.” Kali ini, pameran diberi tajuk “Tanda Mata 5” dan dipajang di Bentara Budaya Jakarta, 20 Maret sampai 5 April 2023.
Ada 23 seniman dengan 23 karya yang dipamerkan. Mereka adalah Watoni, Tjipto, Sadarisman, Zipit Supomo, Kadafi, Iin Risdawati, Putu Sutawijaya, Budi Ubrux, Bibit Jabrang, Cia Syamsiar, Awiki, Yogie Setiawan, Gusti Alit, Dyan Anggraini, Ouda Teda Ena, Ibrahim, Dona Prawita Arissuta, Ibnu Banuharli, I Wayan Irawan, I Made Dyanna, Yusra Martunus, Azhar Horo, S Dwi Setya Acong.
Para seniman itu memiliki latar belakang kehidupan yang beragam. Begitu pula usia dan asal-usulnya. Kesamaannya, mereka pernah turut serta dalam salah satu pameran di Bentara antara tahun 2003 sampai 2005. Saat itu, mereka memberikan cendera mata berupa lukisan, yang kini menjadi koleksi lembaga ini.
Dengan latar belakang itu, maka lukisan yang ditampilkan dalam pameran ini tidak memiliki benang merah visual atau satu tema khusus yang dapat mengikat seluruh karya. Karya para seniman di sini sangat beragam, mulai dari teknik, pendekatan visual (gaya), dan “concern” topik tertentu.
Lalu, bagaimana cara membaca 23 lukisan dalam pameran ini? Cara paling mudah, kita nikmati satu per satu karya tanpa pretensi apa pun. Kita membuka diri untuk menyerap apa yang kita lihat, rasakan, dan pahami dari setiap karya.
Ada cara lain. Kita bisa baca karya-karya itu sebagai penanda zaman dari tahun 2003 sampai 2005. Karya seni merupakan tafsir visual atas segala yang berlangsung pada masa itu. Bisa juga dibalik, jika ingin melihat kondisi Indonesia awal tahun 2000-an, kita bisa melacaknya pada karya-karya seni dalam pameran ini.
Jika diamati, ternyata ada beberapa problem khas yang diangkat seniman saat itu. Namun, sebagian sebagian besar masalah dari masa itu masih tetap menjadi masalah yang berlanjut hingga masa sekarang.
Salah satu yang khas dari awal tahun 2000-an adalah goyang “ngebor”. Saat itu, penyanyi dangdut asal Pasuruan, Jawa Timur, Inul Daratista, lagi naik daun dengan goyang pantat berputar-putar mirip gerakan bor. Dalam lukisan “The Queen of Pantat” (2003), pelukis Zipit Supomo menggambarkan sosok Inul dengan rambut panjang diikat atas sedang menggeal-geolkan pantatnya. Goyangan inilah yang memicu debat panas di antara para pedangdut dan publik kala itu.
Lebih banyak problem yang hingga kini masih belum terselesaikan. Simak saja lukisan Budi Ubrux, “Caleg” (2003), yang menampikan potret diri caleg dalam beragam pose. Ada caleg yang getol menerangkan sesuatu, kedua tangan diangkat, tapi ada juga yang bersedekap. Semuanya digambarkan dibungkus dengan kertas koran.
Pesan lukisan ini mudah ditangkap. Ada upaya menyentil periaku para caleg yang getol berkampanye demi memenangi pemilu tanpa rasa malu. Mereka menebarkan poster atau spanduk bergambar potret diri di ruang-ruang publik. Posenya bermacam-macam. Semua dibuat semenarik mungkin agar bisa memikat hati rakyat. Fenomena ini masih terjadi hingga sekarang.
Lukisan “Hujan Setrika di Negeri Orang” (2004) karya Ouda Teda Ena menyoroti kenyataan pahit banyak buruh migran Indonesia di luar negeri yang mengalami kekerasan dari majikan saat bekerja sebagai asisten rumah tangga. Salah satu bentuknya, majikan yang tega menyetrika asistennya hanya gara-gara soal sepele. Kabar sejenis ini masih kerap terdengar sampai kini.
Sejumlah seniman memilih untuk mengungkapkan ekspresi yang lebih personal. Itu antara lain ditunjukkan Putu Sutawijaya, Awiki, Yusra Martunus, Gusti Ali, dan Ibrahim. Karya mereka mendedahkan permenungan yang subtil tentang kehidupan.
Terima kasih kepada para seniman yang telah memberikan tanda mata kepada Bentara Budaya sehingga karyanya dapat ditampilkan dalam pameran ini. Pameran ini menjadi bagian dari upaya Bentara untuk secara berkala memperkenalkan koleksi seni kepada pubik. Selamat menikmati.
Ilham Khoiri