Sejarah di balik Lapisan-Lapisan Tanah
Pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) membawa harapan baru bagi pelayanan transportasi yang lebih nyaman dan efektif di Jakarta. Secara tidak disengaja, proses pembangunan jaringan moda raya terpadu tersebut berhasil menguak jejak-jejak transportasi massal abad ke-18.
Ketika proses penggalian jalur MRT ruas kedua dari arah Bundaran HI menuju Stasiun Jakarta Kota di Kawasan Kota Lama dimulai, ditemukan jalur trem tua di sepanjang Gajah Mada dan Pintu Besar Selatan. Pihak MRT yang menggandeng para arkeolog kemudian menyusuri lebih lanjut temuan-temuan arkeologis ini.
Bagi para arkeolog, setiap lapisan tanah di dalam kulit bumi atau stratigrafi ibarat lembaran-lembaran buku yang menyimpan informasi-informasi masa lalu. Begitu menggali pada kedalaman sekitar dua meter, di sepanjang jalur Gajah Mada dan Pintu Besar Selatan ditemukan ribuan artefak, mulai dari ruas rel trem, pipa-pipa air yang terbuat dari kayu, hingga cerucuk-cerucuk kayu tua pembatas kanal.
Jejak-jejak peradaban sekitar dua abad silam itu semakin menegaskan bagaimana perkembangan peradaban di Jakarta atau Batavia yang dahulu kala dibangun oleh Perhimpunan Dagang Wilayah Hindia Timur (VOC). Sejak dahulu, Batavia telah menjadi pusat ekonomi penting di Kawasan Nusantara. Para pedagang dari berbagai belahan dunia berdatangan silih berganti ke sana, salah satunya untuk berburu rempah-rempah.
Riuh rendah perdagangan di Batavia tergambar dari temuan-temuan para arkeolog. Pecahan-pecahan keramik dari berbagai dinasti China menunjukkan periodisasi peradaban yang pernah berkembang di Batavia. Demikian pula, temuan-temuan ruas rel trem yang masing-masing bisa mencapai 12 meter menunjukkan bagaimana Jakarta sejak dahulu sudah membutuhkan sarana transportasi massal untuk menopang geliat perekonomian.
Ada pula temuan pipa-pipa air dari kayu dan cerucuk-cerucuk pembatas kanal yang menunjukkan bagaimana Jakarta sejak dahulu sudah memiliki sistem pengaturan saluran air. Sistem itu terus-menerus mengalami penyempurnaan seiring dengan perkembangan zaman.
“Pembangunan MRT ini membuka wacana kita semua tentang fenomena peradaban di Batavia atau Jakarta pada masa silam. Karena itulah, di beberapa titik stasiun MRT, nantinya pihak MRT akan menampilkan semacam museum dari kumpulan beberapa artefak yang ditemukan di sepanjang penggalian jalur MRT,” kata arkeolog senior sekaligus mantan Ketua Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Junus Satrio Atmodjo.
Melalui Pameran “Jakarta dari Bawah Tanah” yang digelar di Bentara Budaya Jakarta mulai 24-29 September 2024, kita bersama diajak untuk melihat dan menyadari bersama bagaimana peradaban kita tidak berangkat dari ruang dan waktu yang kosong. Dari lapisan-lapisan tanah di sepanjang Gajah Mada dan Pintu Besar Selatan, kita bisa menelusuri jejak-jejak bersejarah Jakarta di masa silam. Selamat menikmati pameran.
Wawan Abk/Kurator Bentara Budaya