Menyadari Estetika yang Tak Terduga
Keindahan tak mesti muncul dari hal-hal besar atau komposisi yang didesain dengan struktur tertentu secara sengaja. Keindahan bisa juga ditemukan dari obyek-obyek remeh-temeh yang lazim diabaikan orang. Tentu, "penemuan" itu bisa terjadi jika kita mengaktifkan radar untuk menangkap sensasi estetis yang potensial muncul dari benda-benda sederhana.
Komposisi abstrak yang indah sering hadir begitu saja di sekitar kita. Saat melihat dinding yang mengelupas, kayu retak, besi tua keropos, atau “body” mobil tua, tiba-tiba kita menyadari adanya warna, bidang, garis, goresan, dan tekstur yang tampak tersusun secara asyik. Begitu mengamatinya secara seksama, kita tiba-tiba merasa tergetar oleh keindahan yang tak sengaja.
Tak hanya estetis secara visual, komposisi tak sengaja itu juga kerap memprovokasi kita untuk memikirkan sesuatu lebih mendalam. Saat mengamati retakan dinding, goresan besi tua, atau kelupasan “body” mobil, misalnya, pelan-pelan kita kemudian diingatkan tentang sejarah, masa lalu, atau memori tertentu yang mengesankan. Pada akhirnya, semua itu mendorong kita untuk merenung, berefleksi, tentang diri kita sendiri.
Keindahan tak sengaja dan dorongan untuk berefleksi semacam itu terasa saat menyaksikan foto-foto karya Ryan Luqman Hakim aka Ryan LH dalam pameran tunggal bertajuk “Reflectry_Good to See You” di Bentara Budaya Yogyakarta, 5 - 11 Agustus 2024. Seniman lulusan Jurusan Fotografi, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, itu menyajikan puluhan karya yang asyik.
Ruang pamer Bentara dipenuhi "print out" atau cetakan (dengan Teknik Uv Lamination) dari foto-foto jepretannya yang membidik berbagai potongan benda di sekitar kita. Ada dinding dengan cat yang retak dan mengelupas. Besi tua yang berkarat kecoklatan. "Body" mobil kuna yang rusak dan koyak di sana-sini. Plat besi yang korosif sehinga bolong. Sepotong kayu atau triplek tampak menyembul dari dalam bolongan. Pintu besi lawas yang mengalami korosi (kerusakan). Kadang, ada potongan-potongan foto yang digabung menjadi kolase.
Jika kita cermati pelan-pelan, semua penampakan benda-benda membentuk komposisi yang menarik. Warna, posisi garis, penempatan titik, pengaturan bidang, bentuk, dan tekstur di situ menngesankan perpaduan yang harmonis. Anasir visual itu menciptakan keseimbangan, keselarasan, irama, ritme, kontras, dan kesatuan yang enak dipandang.
Semua anasir visual itu mewujud pada benda-benda tersebut. Namun, ada juga campur tangan Ryan LH, yang memotret dengan memilih fokus bidang tertentu sehingga komposisinya menjadi semakin tajam. Fotografer itu mengambil sudut pandang, menata fokus, dan membuat potongan (cropping) tertentu sehingga semakin menggugah.
Tak hanya keindahan, tampilan obyek yang rusak, karatan, atau terkelupas dicabik-cabik waktu itu juga memprovokasi kita untuk merenungkan kenyataan hidup. Manusia sangatlah fana, sedangkan waktu abadi. Kita merasa memiliki banyak hal, tapi semua serba sementara yang bisa rusak atau hilang sewaktu-waktu. Ada saja memori peristiwa tertentu yang tertancap kuat dalam diri, padahal itu sudah jauh berlalu.
Pinjam istilah Jawa, foto-foto dalam pameran “Reflectry_Good to See You” mengajak kita untuk merenungkan "sangkan paraning dumadi." Sejauh-jauh berjalan, manusia hendaknya terus tetap menyadari asal-usul dan tujuan penciptaan kehidupan. Kesadaran itu akan menuntun kita untuk bersikap "tansah eling lan waspada," selalu ingat dan waspada akan segala sesuatu.
Apresiasi untuk Ryan LH yang menggelar pameran in sebagai rangkaian dari pameran sebelumnya, “Reflectry_ So Far So Good” di Jakarta (19 Mei - 3 Juni 2024). Penghargaan untuk kurator Ismet Zainal Effendi, serta kepada Artventour yang support program ini. Terima kasih untuk seluruh kru Bentara Budaya yang menyiapkan pergelaran ini dengan baik.
Palmerah, 3 Agustus 2024
Ilham Khoiri
General Manager Bentara Budaya & Communication Management, Corporate Communication Kompas Gramedia