Bentara Budaya Yogyakarta gelar pameran BLANDONG. Pameran ini menghidupkan kembali kisah para penebang kayu dan tukang kayu tradisional.
Mereka berjasa dalam membangun cikal bakal Sargede atau Kotagede, daerah yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari Yogyakarta.
Pameran ini akan dibuka pada Jumat, 15 November 2024, pukul 19.00 WIB oleh Nita Azhar, seorang desainer yang terinspirasi oleh warisan budaya Nusantara.
Melalui pameran ini, Bentara Budaya mengajak kita melihat kembali peran besar blandong, atau penebang pohon, yang bertugas membuka Alas Mentaok sebagai wilayah perdikan bagi Ki Gede Pemanahan dan keluarganya.
Hutan ini dibuka setelah lima abad pasca letusan besar Gunung Merapi, sebuah bencana yang mengubah banyak hal di wilayah Jawa Tengah.
Para blandong ini tidak hanya menebang pohon, tetapi juga turut membangun pondasi sosial dan budaya, menciptakan rumah-rumah dari kayu pohon mentaok dan jati.
Dalam pameran BLANDONG, pengunjung dapat melihat langsung alat-alat pertukangan tradisional yang dulu digunakan untuk membangun rumah-rumah, termasuk pethél -- kapak kecil yang digunakan untuk meratakan permukaan kayu.
"Teknik khas ini menghasilkan pola yang tidak rata, disebut pethélan, sebuah bentuk seni tak sengaja yang menambah estetika pada hasil karya mereka," tulis pihak Bentara Budaya Yogyakarta melalui rilis yang diterima oleh Kompas.tv, Senin (18/11/2024).
Tidak hanya alat pertukangan tukang kayu, pameran ini juga menampilkan berbagai alat tukang dari profesi lainnya.
Termasuk tukang batu, tukang jahit, tukang kayu, tukang cukur, tukang ukir, tukang becak, tukang jam, tukang patri, tukang sepatu, hingga tukang besi.
Lewat berbagai koleksi ini, pameran BLANDONG diharapkan dapat menjadi jembatan antara generasi sekarang dengan warisan keterampilan tukang tradisional yang hampir punah.
Pameran ini terbuka untuk umum sejak 16 hingga 23 November 2024, dari pukul 10.00 hingga 21.00 WIB di Bentara Budaya Yogyakarta, Jl. Suroto no 2, Kotabaru, Yogyakarta.
Adapun peserta pameran BLANDONG itu adalah Didik Kapal, dr Didi Sumarsidi, Edi Sunaryo, Heri Gaos, Iwan Ganjar, Nita Azhar, Pak Well dan Rembrand.