Bagi pecinta seni atau mahasiswa jurusan Seni, sebuah pameran karya seni adalah hiburan yang ditunggu-tunggu. Selain biasanya gratis, paling hanya harus membeli katalog.
Kali ini Bentara Budaya menghadirkan karya pegrafis Marida Nasution (1956-2008). Ya, tokoh yang dosebut-sebut sebagai magma perupa grafis ini memang telah wafat 16 tahun yang silam.
Perupa disain grafis satu-satinya yang berhasil mengadakan pameran tunggal selama 6x selama hidupnya, dan total kali ini adalah pameran tunggal ke 8, karena 2x diadakan pameran tunggal setelah Marida tiada. Kalau pameran bersama perupa-,perupa lain tentu lebih banyak lagi. Marida selama hidupnya juga menjadi dosen di Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
Kurator Bentara Budaya, Frans Sartono melihat karya almarhumah perlu diketahui penerusnya. Lalu bersama kurator Rotua Magdalena yang merupakan murid Marida dan tim membagi dalam beberapa tema: warna, hitam putih, wanita, urban, eskpresi, dan obyek, diantara karya-karya Marida untuk dipamerkan di Bentara Budaya.
Sebagai perupa grafis, Marida juga kadang menjadi pematung, pelukis, dan Instalasi.
Marida selalu bekerja di ksmarnya, pekerjaannya adalah kehidupannya, dan kehidupannya adalah pekerjaannya. Marida memang sangat fokus saat berkarya.
Pameran di Bentara Budaya ini diberi jejuluk "Jendela Marida Nasution", karena dalam berkarya Marida seolah-olah mempunyai dua jendela yang berbeda. Satu Jendela memotret keriuh rendahan kaum urban, khususnya wanita, sementara pada jendela lainnya kita menemukan kesepian.
Jedela adalah batasan dengan dunia luar, dimana kita bisa merayakan masuknya panas sinar matahari atau dinginnya angin yang menyeruak.
Seni grafis adalah salah satu cabang seni murni yang diampu Marida di IKJ selama menjadi dosen.
Marida mempelajari banyak teknik cetak, seperti cetak dalam, cetak tinggi, cetak satrng, dan cetak datar. Teknik kegemaran Marida adalah cetak saring, yang membuatnya mampu bermain warna, garis, dan menadukannya dengan teknik fotografi.
Karya,-karyanya seolah berbicara dengan narasi yang menarik, untuk menjelaskan filosofi atau pemikiran Marida.
Karyanya banyak memotret nasib kaum pinggiran, sebagai hasil kesenangannya blusukan
Pemikirannya dijabatkan tidak sekadar 2 dimensi, namun berupa instalasi yang menguasai ruang.
Sebagai pegrafis kontemporer, Marida banyak bermain dengan teknik 3 dimensi, itulah sebabnya Marida juga berkarya dengan menggunakan acrylic dan patung.
Pameran di Bentara Budaya ini bukan memilih diantara karya-karya Marida, melainkan mengelompokkan sesuai tema.
Sebagai komitmen dukungan pada seni grafis, Bentara Budaya pada tahun 2000 pernah menggelar pameran bertajuk "Setengah Abad Seni Grafis". Lalu sejak 2004-2018 selalu mengadakan kompetisi grafis tiap 3 tahun.
Pameran seni grafis karya Marida Nasution ini dibuka dengan resmi oleh Tatang, pengajar IKJ bersama Bugis Nasution kakak dari Marida.
Pameran ini dibuka untuk umum dari tanggal 30 Oktober hingga 7 November 2024 (khusus tanggal 29 Oktober hanya untuk undangan pada jam 19.00) dari jam 10.00-18.00 di Bentara Budaya, Palmerah Selatan, di ruang pamer utama dan ruang pamer depan.
Karya-karya Marida senantiasa menunjukkan keuletan, kesabaran, saat blusukan karena waktu itu belum ada aplikasi image seperti saat ini. Dan khususnya menunjukkan sikap sebagai wanita yang kuat.