Menyambut ulang tahunnya ke-42, Bentara Budaya Jogja menggelar pameran seni rupa bertajuk Tarik Tambang. Pameran yang melibatkan 34 perupa ini berlangsung sejak 27 September lalu hingga 4 Oktober mendatang.
"Kali ini adalah ulang tahun ke-42 Bentara Budaya. Maka sekaligus kami juga memohon doa restu kepada para tamu dan para seniman yang selalu mendukung Bentara Budaya untuk melangsungkan kelangsungannya," ujar budayawan Gabriel Possenti Sindhunata Sabtu (28/9).
Menurutnya, judul Tarik Tambang dipilih karena sebenarnya istilah ini sangat populer di masyarakat Jawa dan dekat dengan kehidupan rakyat. Istilah tarik tambang juga pasti ada di pikiran semua orang, karena momentum ini berdekatan dengan proklamasi kemerdekaan.
Di mana setiap kali peringatan itu pasti ada atraksi tarik tambang dan hal itu sangat sesuai dengan realitas. Walaupun atraksi itu kini mulai berkurang dan tidak banyak dipraktikkan. Tetapi seperti yang tidak diduga, seperti kondisi sosial-politik saat ini, tarik tambang bisa menimbulkan demikian banyak variasi dan imajinasi, serta bisa dicurahkan ke dalam karya seni.
"Teman-teman seniman menggarap ini dengan serius dan sekali lagi kami berterimakasih karena di setiap pameran di Bentara Budaya pasti ada sesuatu yang unik dan khas," lontar Sindhunata.
Sementara kurator seni Hermanu menjelaskan, tarik tambang adalah atraksi yang menjadi bagian dari perayaan 17 Agustus atau peringatan Kemerdekaan RI. Tarik tambang merupakan sejenis olahraga. Namun sebenarnya juga kurang tepat bila disebut olahraga. "Lebih pas atraksi tarik tambang itu dikategorikan sebagai hiburan," cetusnya.
Sebagai hiburan, lanjut Hermanu, tarik tambang adalah atraksi tradisional yang setiap tahun diadakan hampir di semua desa atau kampung, lebih-lebih di Jawa. Pesertanya pun tidak pandang bulu, paling-paling digolongkan tarik tambang untuk ibu-ibu dan perempuan, atau tarik tambang untuk bapak-bapak dan kaum lelaki lainnya.
Salah seorang pengunjung pameran Fais Adinata mengatakan, karya-karya yang dipamerkan di Bentara Budaya Jogja sangat bagus. Sampai-sampai mahasiswa dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) ini tidak bisa berkata-kata setelah melihatnya.
"Setelah melihat ini saya lebih menyoroti layout-nya yang sederhana, karena cuma satu ruangan bisa dibikin pameran yang bagus. Selain itu, karya-karya yang dipajang sangat asyik dan menarik," tuturnya.
Para perupa yang ikut dalam pameran ini yakni Agus Leonardus, Agus Noor, Alit Ambara, Ampun Sutrisno, Andre Tanama, Arief Sukardono, Asep Maulana Hakim, Boy Harjanto, Budi Ubrux, Edi Sunaryo, Cytrus Black Symptoms, Hermanu, Defis, Dona Prawita Arissuta, Erica Hestu Wahyuni, Ferganata Indra Gunawan Bonaventura, Ifat Futuh, Koskow/FX Widyatmoko Ledek Sukadi, Mahendra Oka, Meuz Prast, Nasirun, Oblo, Kasan Kurdi, Putu Sutawijaya, Sigit Santosa, Subandi Giyanto, Suharmanto, Susilo Budi Purwanto, Syahrizal Pahlevi, Taring Padi, Theresia Agustina Sitompul, dan Tumari. (ayu/laz)