Potret Diri, 1981
Dimensi:
65 x 50 cm
Media:
Cat minyak di atas kanvas
"Motif yang paling aku hafal dan paling aku senangi ialah rupaku dhewe yang elek, mirip Sukrasana ini”. Kata Affandi suatu kali sambil terkekeh. Namun demikian setiap kali hendak melukis wajahnya, ia masih juga mencontek mukanya itu dari cermin. Pasalnya, pelukis ekspresionis yang mengaku humanis ini merasa, hanya bisa melukis langsung di depan motifnya, termasuk dalam melukis wajah sendiri. Walau tema potret diri ini ia ulang-ulang hingga
entah sampai berapa puluh kali, namun Ajip Rosidi menilai dalam setiap lukisan Affandi menunjukkan passi yang tetap, gairah yang sama besar. Sementara itu Umar Kayam yang menjuluki Affandi sebagai “Maestro plototan" ini pernah menulis di Kompas bahwa potret dirinya adalah potret orang tua sederhana, tidak ngganteng, tidak bicara apa-apa kecuali matanya yang sipit itu nampak terus bertanya.
Ada catatan menarik yang Affandi tulis dengan tangan tentang salah satu lukisan potret dirinya. Pada lukisan wajah yang berjudul Dongkol buatan tahun 1946 yang sekarang dikoleksi oleh Museum Amsterdam, ia menulis dengan ejaan lama seperti ini : Pernah terdjadi, bahwa saja beberapa bulan tida bisa melukis, walaupun tiap pagi saja pergi untuk melukis, pada suatu hari saja, pulang ke rumah dengan tangan hampa, tida dapat lukisan. Merasa marah dongkol, sekonjong-konjong lihat dalam katja muka saja sendiri dengan expressi dongkol ini. Itu waktu djuga lukisan dibikin. Aneh, berbulan2 tida dapat motief, sekonjong motief dekat sekali, muka sendiri.