Feature Budaya Djoko Pekik, Suara sang Maestro Djoko Pekik, sang perupa tiga zaman itu, agaknya tidak pernah surut elan kreatifnya. Melintasi berbagai kelindan sejarah, dari periode revolusi, tragedi ‘65, hingga pelarangan kaum eks-tapol di era Orde Baru, pria kelahiran Purwodadi pada tahun 1937 ini mengaku dirinya tak ubahnya seekor kuda balap. “Saya harus bisa bertahan, menempa diri sebagai seniman kuda balap, bukan seniman kuda andong yang menjadikan keseniannya sebagai penghidupan sehari-hari,” ungkapnya. Dalam kesempatan yang berbeda, Djoko Pekik menegaskan bahwa tugas kesenimanan bukan untuk memenuhi kebutuhan hidup, melainkan untuk ‘bersuara’, tentang persoalan-persoalan di masyarakat dan ketimpangannya. Dipadukan dengan wawancara eksklusif dengan para tokoh seniman di Yogya dan Solo, yang masing-masing memiliki kisah pertemuan dengan Djoko Pekik, yakni Bonyong Munni Ardhi, Dyan Anggraini, serta kurator seni rupa Kuss Indarto, inilah suara sang Maestro, yang tak lelah berkarya dan bahkan belum lama memamerkan karya terkininya selama pandemi di Bentara Budaya. #BentaraBudaya #KompasGramedia #SeniRupa #DjokoPekik