BERLANGGANAN
Dapatkan informasi tentang Bentara Budaya langsung ke surelmu. Daftarkan dirimu sekarang!

Kembali ke Video

Narasumber: Andy Eswe Jumat, 5 November 2021 Pukul 14.00-15.00 WIB Pantomim merupakan bahasa tubuh, tubuh menjadi media bagi sebuah teks. Lewat tubuh hadirlah teks yang kemudian ditafsirkan publik dengan referensi yang mereka milik. Teks itu bisa jadi telah hadir sebelumnya lewat media lain misalnya tulisan atau gambar yang kemudian dihadirkan kembali lewat pantomim yang pertunjukannya hadir tanpa adanya percakapan. Dialog dalam pantomim dihadirkan dalam bentuk gerak tubuh, kita bisa menebak gerak yang ditampilkan, sebagai contoh ketika gerakan orang sedang mengangkat barang yang ditampilkan aktor dengan wajah yang terkesan berat, atau ketika aktor sedang melihat tulisan dalam kertas lalu wajahnya terlihat sedih, maka penonton bisa menebak kalau tulisan itu berita duka. Di Indonesia seni pantomim dikenal sejak lama, kita mengenal beberapa aktor pantomim seperti Seno A Utoyo, Didi Petet, Septian Dwi Cahyo, atau Jemek. Mereka sering kali tampil di berbagai pertunjukan, baik pertunjukan khusus pantomim, atau bagian dari pertunjukan yang lain. Tubuh dan wajah serta geraknya menjadi andalan sebuah pementasan pantomim dengan meniru gerakan, tidak banyak aktor pantomim di Indonesia dibandingkan aktor seni pertunjukan lainnya. Bisa jadi seni pantomim membutuhkan latihan yang khusus, para aktor harus memiliki kemampuan lebih untuk dihadirkan pada publik, berbeda dengan teater pada umumnya yang mudah dipahami penonton lewat dialog, pada pantomim selain gerak tubuh, mimik aktor juga sangat dibutuhkan agar penonton mudah untuk memahaminya. Maka kemunculan aktor pantomim sangatlah langka, di Yogyakarta pada awal 2000 – an muncul Bengkel Mime, sebuah komunitas yang mengkhususkan diri pada pantomim. Komunitas yang didirikan Asita, Andy Eswe, Ficky dan kawan – kawan ini melatih diri mereka untuk memproduksi karya – karya pantomim. Andy Eswe merupakan salah satu aktor Bengkel Mime yang mencuat namanya, memulai dari teater kampung di Yogyakarta, Andy perlahan memilih pantomim sebagai kesenian yang ditekuni. Lulusan SMA Sang Timur Yogyakarta ini merasa lewat pantomim banyak hal yang bisa dilakukan, bahkan dengan pantomim dirinya bisa pentas di berbagai tempat tanpa harus memerlukan ruangan khusus layaknya pentas teater. Pada sebuah pameran yang diadakan di Bentara Budaya Yogyakarta akhir bulan September lalu Andy menafsirkan lukisan Sukrosono karya Susilo Budi Purwanto lewat gerak pantomim yang berlangsung kurang lebih tiga puluh menit. Selain berpentas di berbagai tempat, Andy juga melakukan workshop pantomim di berbagai kota di Indonesia, dengan workshop tersebut ada harapan munculnya aktor pantomim yang baru. Andy di sela kegiatannya juga menulis naskah dan novel berbahasa Jawa ini sering kali bertukar pikiran dengan kawan – kawan seniman lain agar pementasannya bisa lebih baik lagi. Bengkel Mime, dan Andy Eswe merupakan generasi baru pantomim di Indonesia, berbeda dengan generasi Jemek, atau (alm) Seno Utoyo, Andy Eswe hadir sebagai seniman pantomim yang muncul saat Indonesia sedang dilanda era gadget, dan juga sedang dilanda pandemi covid. Pantomim merupakan katarsis situasi saat ini, tubuh aktor menjadi media bagi teks kehidupan kita yang terpuruk ini, apakah teks yang dihadirkan bisa menjadi pelipur lara, menumbuhkan semangat, atau sebaliknya menghadirkan sikap yang semakin pesimis? Aktor pantomim seperti Andy Eswe yang mampu menghadirkannya.