Pameran Seni Rupa
“Spritualitas UrbanS”
Pembukaan pameran: Selasa, 9 Desember 2025 pukul 16.00 WIB
Pameran berlangsung: 10 Desember 2025 – 30 Januari 2025 pukul 10.00 – 17.00 WIB
Tempat: Bentara Budaya Art Gallery, Lt. 8 Menara Kompas, Jl. Palmerah Selatan No. 21 Jakarta
Catatan:
𝑷𝒂𝒎𝒆𝒓𝒂𝒏 𝒕𝒖𝒕𝒖𝒑 𝒔𝒆𝒎𝒆𝒏𝒕𝒂𝒓𝒂 𝟐𝟒 𝑫𝒆𝒔𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓 𝟐𝟎𝟐𝟓 – 𝟑 𝑱𝒂𝒏𝒖𝒂𝒓𝒊 𝟐𝟎𝟐𝟔
𝑩𝒖𝒌𝒂 𝒌𝒆𝒎𝒃𝒂𝒍𝒊 𝟔 – 𝟑𝟎 𝑱𝒂𝒏𝒖𝒂𝒓𝒊 𝟐𝟎𝟐𝟔 (𝑺𝒂𝒃𝒕𝒖, 𝑴𝒊𝒏𝒈𝒈𝒖, 𝒅𝒂𝒏 𝑯𝒂𝒓𝒊 𝑳𝒊𝒃𝒖𝒓 𝑵𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍: 𝑻𝑼𝑻𝑼𝑷)
Pameran ini berawal dari pertanyaan sederhana: seperti apa para seniman menangkap dan mengolah fenomena laku spiritual pada masa kini? Apakah kehidupan modern masih menyisakan peluang untuk itu? Kalau ada peluang, apakah ia semakin surut atau justru subur, di tengah kemajuan yang cepat dengan faktor-faktor disrupsi, apalagi yang dipicu oleh teknologi digital? Ke mana kearifan lama, apakah tumbuh berbagai kearifan baru, dan seterusnya.
Kami memilih 21 lukisan kaca koleksi Bentara Budaya; Kami juga mengundang semnilan seniman yang aktif pada hari-hari ini untuk menanggapi pertanyaan tersebut. Secara umum karya-karya lukisan kaca termaksud mengandung ungkapan atau kesaksian tentang berbagai olah spiritual pada masa lalu. Dari para seniman terundang kami mengharap paparan yang lebih segar dan relevan dengan kehidupan masa ini.
Lukisan kaca menjadi perhatian khusus lantaran kuatnya hubungan antara si pelukis dengan berbagai kearifan lokal, atau kandungan sastra lama baik berupa folklor maupun tertulis. Di sana juga mudah diperoleh bermacam praktek kepercayaan setempat, tradisi dan adat, mitologi, maupun kesaksian atas pencapaian rohani yang terekam di dalam pertunjukan seni termasuk wayang.
Para pelukis terundang, yang menggunakan beragam terknik dan medium (kecuali di atas kaca) boleh dianggap ikut mewakili pandangan masyarakat atas kehidupan urban. Di dalam perkara ini kaum urban ditempatkan sebagai orang-orang perkotaan atau mereka yang mengungsi ke kota untuk mencari kesempatan hidup yang lebih baik. Motif material ini menjadi menarik karena mereka sudah menjauh dari tema-tema pedesaan dan kultur agraris dan menyerap atau menyesuaikan diri dengan derap kehidupan yang lebih cepat, gegap gempita, hiruk pikuk, dan bising. Kontestasi mengeras dengan peluang dan sumber penghidupan yang terbatas, dengan berbagai dampak buruknya.
Apakah sumber-sumber kearifan lama, yang sudah mapan, masih berarti di dalam mengatasi kesulitan hidup di kota? Apakah nila-nilai keutamaan di dalam hubungan antar-manusia masih terjadi di dalam kenyataan? Atau memilih ungkapan Ronggowarsito“ora ngedan ora keduman” (bersikap curang agar mendapat bagian –Jawa)?
Seniman yang terlibat antara lain:
Barlin Srikaton, Diah Yulianti, Gunawan Bonaventura, Hari Budiono, Oliver Wihardja, Putu Fajar Arcana, Subandi Giyanto, Sujiwo Tejo, Vincensius Dwimawan, dan lainnya.
Koleksi lukisan kaca Bentara Budaya:
Bahenda, Bahendi, Dalang Diah, Darmono, Hasri, Ketut Samudrawan, Kusdono Rastika, Machmudi, Rastika, Salim, Takmid.
Efix Mulyadi
Kurator Bentara Budaya