DELÚWANG
Pameran Seni Kertas
Pembukaan pameran: Kamis, 23 Januari 2025 pukul 19.30 WIB
Pameran berlangsung: 24 Januari – 1 Februari 2025 pukul 10.00 - 21.00 WIB
di Bentara Budaya Yogyakarta, Jl. Suroto No. 2 Kotabaru, Yogyakarta
Cina adalah negara pertama pembuat kertas, disusul Jepang, lalu Mesir dengan kertas dari tananam papyrus yang kemudian disebut paper atau kertas. Bangsa Indonesia tidak ketinggalan membuat kertas yang sangat kuat dan tidak mudah dirobek karena sangat kuat (ulet). Kertas ini disebut delúwang, dari pohon daluang atau gluga (broussonetia papyrifera) yang dahulu banyak tumbuh di Ponorogo. Kita menyebutnya kertas ponorogo atau kertas gedog lantaran cara pembuatannya dengan digedog atau dipukul. Belum jelas diketahui sejak kapan kertas ini digunakan dan kemungkinan kertas gedog dipakai sebagai penganti lontar di masa lalu, selain untuk kebutuhan yang lain. Walau begitu, di masa akhir kerajaan Majapahit, berkembang wayang beber dari Pacitan yang menggunakan kertas gedog ini sebagai kanvasnya.
Dengan majunya teknologi, pada zaman Revolusi Industri, Hindia Belanda tidak ketinggalan mulai membangun pabrik-pabrik pada awal tahun 1900-an, di antaranya pabrik kertas di Leces Probolinggo, Padalarang Bandung Jawa Barat dan Blabak Magelang. Kebutuhan akan kertas saat itu belum begitu banyak. Baru setelah tahun 1950-an kertas menjadi sangat dibutuhkan. Namun sayang, kini pabrik kertas Leces dan Blabak sudah rata dengan tanah, hanya tinggal Padalarang yang tersisa.
Mengapa Kertas Perlu Perhatian?
Karena kertas mempunyai kedudukan yang mulia dan sangat penting bagi peradaban manusia. Ilmu, seni, dan agama merupakan tiga pilar peradaban manusia yang sejak awal menggunakan kertas untuk penyebarannya, baik dalam bentuk surat, manuskrip, buku-buku ilmu pengetahuan, literatur, karya-karya seni, kitab suci, dan lain-lainnya. Semuanya menggunakan kertas sebagai bahan dasarnya .
Namun, kejayaan kertas sekarang ini sepertinya mulai pudar. Peranannya dalam dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan berabad-abad yang lalu mulai surut. Dunia sudah berubah, digitalisasi melanda seluruh dunia, buku-buku pelajaran, karya sastra, koran dan masih banyak lagi sudah digantikan oleh laptop atau telepon pintar. Padahal kalau kita melihat ke belakang, surat-surat penting seperti Perjanjian Giyanti tahun 1775 atau teks proklamasi 17 Agustus 1945 yang terbuat dari kertas masih tersimpan dengan baik. Apakah file yang kita simpan sekitar tahun 1990, di mana modernisasi data dimulai, masih ada? Jangan-jangan sudah terhapus atau sudah tidak bisa dibuka datanya?
Untuk mengenang peranan kertas yang begitu banyak, ada baiknya kita menampilkan berbagai macam, jenis dan bentuk kertas disertai dengan variannya, serta berbagai produk-produk kertas seperti buku, surat, dokumen, uang kertas, dan lain-lainnya.
Seni Kertas
Pameran ini kami adakan untuk memberi gambaran kepada masyarakat terutama generasi muda tentang arti penting selembar kertas dan peranannya. Kali ini kami ingin mengangkat peranan kertas dari sudut pandang seni, bahwa ternyata banyak juga bidang seni yang memakai kertas sebagai dasarnya, seperti seni lukis, seni cetak grafis, origami, desain buku, kemasan, poster, uang dan banyak lagi lainnya. Semua seni kertas itu ada dalam pameran ini.
Selamat menikmati.
Hermanu
Kurator Bentara Budaya