PAMERAN ILUSTRASI
ILUSTRASIANA
Sebuah pameran yang merangkai harmoni dalam semangat perdamaian
“PEACE IN DIVERSITY”
Pembukaan Pameran: Senin, 30 September 2024, Pukul 13.30 WIB
Pameran Berlangsung: 1-6 Oktober 2024, Pukul 10.00-17.00 WIB
Tempat: Galeri Astra
Menara Astra, Jl. Jenderal Sudirman Kav.5-6,
Jakarta Pusat
Peserta Pameran:
Agah Nugraha Muharram, Ajay Ahdiyat, Alim Bakhtiar, Andi Yudha, Arif Rafhan (Malaysia), Chandra Rosellini, Cindy Saja, Damuh Bening, Deskamtoro, Djoko Susilo, Eko S.Darmansyah, Emmanuel Lemaire, (Perancis), Emul Mulyono, Fachriza Jayadimansyah, I Putu Pinky Sinanta, Ika W Burhan, Kahou Nakabayashi (Jepang), Koskow, Li Zefeng (China), Liuke (China), Lucky Wijayanti, Mahendra Oka, Maria Agatha, Martin Veersteg (Belanda), Michael Valentino & Maria Aurellia, Nai Rinaket, Toni Masdiono, Volkmar Hoppe(Jerman), Oscar Artunes, Seto Parama Artho, Sri Hardana, Thomdean, Zulkarnain Lubis
Bentara Budaya mempersembahkan kembali pameran Ilustrasiana. Masih mengusung tema “Peace In Diversity” dan menggandeng seniman internasional. Setelah sukses dengan pameran Ilustrasiana #1 di Jakarta dan Ilustrasiana #2 di Yogyakarta, kini Bentara Budaya hadirkan kembali pameran tersebut dengan wajah yang berbeda, namun tema yang tetap sama.
Bertajuk Pameran Ilustrasiana Astra, kembali Bentara Budaya bekerja sama dengan Astra dalam Tema “Peace In Diversity”. Tema ini dimaknai tentang perdamaian dalam keberagaman. Bahwa rasa damai itu bisa diinterpretasikan dalam keberagaman cara.
Tidak mudah untuk bisa menghadirkan kedamaian ataupun keindahan dalam keberagaman. Seringkali keberagaman menimbulkan konflik karena ”beda” itu sering sulit diterima. Sama halnya di Indonesia yang memiliki keberagaman agama, suku,ras, bahasa, dan tradisi. Keberagaman tersebut memberikan dampak bagi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat hal yang membuat salah pengertian dan beda persepsi mengenai ajaran agama, diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, atau golongan, perbedaan kultur budaya yang tidak dapat diterima di beberapa kelompok masyarakat dapat meningkatkan ketidakharmonisan dan konflik.
Memang begitu sulit menciptakan keindahan dan kedamaian. Peperangan saja bisa terjadi hanya untuk menciptakan kedamaian yang sementara. Namun meskipun sementara, kata damai perlu ditemukan dan barangkali damai yang dimaksud bukanlah perdamaian yang dibayangkan sebagai keadaan ketenangan akhir tanpa gejolak, melainkan perdamaian yang bersifat kecil, berserak, dan meresap dalam segala aspek kehidupan.
Beng Rahadian dan Hilmi Faiq, yang didaulat menjadi kurator oleh Bentara Budaya menggambarkan keragaman sebagai perbedaan yang saling mewarnai. Warna satu terhadap warna lain identik dengan perbedaan bahkan pertentangan. Bahkan jika warna dicampur sembarangan, ia bisa menjadi kelabu atau hitam sama sekali. Keos. Lewat “Peace” kita diajak untuk menata warna sedemikian rupa agar tidak tumpang tindih, tidak keos. Sebaliknya, agar indah. Demikian juga perbedaan dalam kehidupan sosial ini. Semua dari kita perlu aktif menata diri agar tidak tumpang tindih.
Pameran “Ilustrasiana” ini membawa semangat para seniman dan sadar betul mengenai hitam keberagaman sehingga perlu mengingat kembali nilai-nilai penting, seperti keakuran, toleransi, harmoni, dan sejenisnya. Karya yang ditampilkan menafsirkan bahwa tidak ada pilihan lain selain akur dan damai demi kehidupan yang harmoni.