PEACE IN DIVERSITY
Pameran Ilustrasiana #2
Pembukaan Pameran: Rabu, 10 Juli 2024, Pukul 19.00 WIB oleh Suwarno Wisetrotomo (Dosen Pascasarjana ISI Yogyakarta)
Dimeriahkan oleh:
Jogja Blues Forum (JBF)
Pameran Berlangsung: 11 - 17 Juli 2024, Pukul 10.00 - 18.00 WIB
Lokasi Pameran:
Bentara Budaya Yogyakarta
Jl. Suroto No.2, Kotabaru, Yogyakarta
Peserta Pameran:
Agah Nugraha Muharam
Ajay Ahdiyat
Alim Bakhtiar
Alodia Yap
Andi Yudha Asfandiyar
Arif Rafhan (Malaysia)
Bambang Wahyudi
Chandra Rosselinni
Cindy Saja
Damuh Bening
Djoko Susilo
Dody YW
Emmanuel Lemaire (Perancis)
FX Widyatmoko Koskow
Gordon James (Kanada)
Gus Dark
Ika W. Burhan
I Putu Pinky Sinanta
Jiang Yuxin(China)
Kahou Nakabayashi (Jepang)
Kathrinna Rakhmavika
Li Zefeng (China)
Liuke (China)
Luna Matara
Luo Xiaomeng(China)
Mahendra Oka
Maria Aurellia Putri Utami
Martijn Versteeg (Belanda)
Michael Valentino
Nai Rinaket
Oguz Gurel (Turki)
Oscar Artunes
Rato Tanggela
Seto Parama Artho
Shen Guoju (China)
Thomdean
Toni Masdiono
Volkmar Hoppe (Jerman)
Wilson Mgobhozi (Afrika)
Xiang Yu Yang (China)
PEACE IN DIVERSITY
(Bentara Budaya Yogyakarta)
Mengapa damai itu begitu sulit, sehingga perlu kekerasan, bahkan peperangan untuk menciptakan kedamaian itu – yang rasanya tidak pernah terwujud, kalau pun iya terwujud tidak akan berlangsung lama, lantas bagaimana dong sikap kita seharusnya, apakah harus semuram dan sepesimis itu? Pertanyaan itulah yang kami tawarkan pada para ilustrator yang karyanya dipamerkan di sini. Rasanya kita semua paham bahwa kita tidak akan menemukan kedamaian yang panjang dalam konteks keduniaan yang sifatnya sementara (fana), maka perdamaian yang diperjuangkan adalah situasi kesementaraan, begitu juga hal-hal yang bersifat sebaliknya. Namun meskipun bersifat sementara kata damai itu perlu ditemukan, dan barangkali bukan damai yang kita bayangkan sebagai sebuah situasi keheningan yang final tanpa gangguan, tetapi damai yang kecil-kecil, berserak dan tersebar dalam seluruh aspek kehidupan kita.
Pameran Ilustrasiana tahun kedua ini kembali diselenggarakan di Yogyakarta setelah sebelumnya dipamerkan di Jakarta dengan materi yang tidak persis sama, yakni ada penggantian komposisi karya dan kepesertaan.
Hal ini dilakukan untuk memperkaya keragaman gagasan dalam pameran, dan menyumbang keramaian Yogya yang sedang berada dalam suasana “lebaran seni”.
Pameran ini mengajak para ilustrator dari bermacam gaya dan kekhususannya untuk berkarya dan menemukan kembali makna damai bagi mereka saat ini. Persepsi damai akan kita jumpai pada karya dari berbagai sudut pandang budaya karena diikuti dari ilustrator berbagai negara. Tawaran tema damai ini tentu bukanlah yang pertama bagi para ilustrator, seperti perjuangan pada konsep perdamaian itu sendiri yang dilakukan terus menerus, maka tema damai sudah pasti takkan berhenti dalam satu karya atau satu waktu, ia akan terus diproduksi dan dimaknai ulang. Rasanya -masih dan akan selalu tepat- jika tema ini kita angkat kembali sebagai upaya mengingat dan mengapresiasi segala hal yang telah diupayakan menuju damai. Kata damai dalam pameran ini diikatkan pada konteks keragaman, yakni kesetujuan kita pada realitas bahwa berbeda tidak berarti berselisih, saling mendominasi atau meleburkannya menjadi tunggal, tetapi dapat menerima perbedaan-perbedaan dengan rileks.
Berbeda dari pameran Ilustrasiana sebelumnya, kali ini cakupan kepesertaan ditingkatkan menjadi internasional dengan mengundang ilustrator dari Malaysia, Jepang, Turki, Cina, Afrika Selatan, Belanda, Jerman, Perancis dan Kanada untuk menampilkan hasil tafsirannya atas perdamaian, sehingga di pameran ini kita dapat melihat diversitas tafsir serta harapan dari para ilustrator dalam pandangan universal. Narasi-narasi perdamaian yang disimbolkan dalam beberapa karya nampak masih dengan gamblang menggunakan simbol-simbol populer atau universal itu, seperti dua jari telunjuk dan tengah sebagai huruf “V” (victory: kemenangan), burung merpati dan atribut militer yakni seragam tentara dan tank. Simbol-simbol itu memang tidak dapat dihindari karena situasi itulah yang sejak dulu hingga kini dirasakan dan tersiar di dunia melalui media, sehingga (sayangnya) kita percaya bahwa perdamaian seolah hanya didapatkan melalui kemenangan dalam peperangan. Tentu tafsir ini terbuka bagi siapa saja termasuk kita (apresiator) yang dapat mewacanakannya kembali dalam tafsiran baru.
Selain simbol-simbol populer, penafsiran personal pun dilakukan oleh ilustrator yang menawarkan simbol baru seperti karya Volkmar Hoppe ilustrator dari Jerman yang menggambarkan damai dengan garis kelopak mata yang menutup, damai menurutnya ada di dalam diri. Damai dalam diri (inner peace) adalah saat ini ketika kita berjarak -dalam arti menerima- dengan apa yang ada di luar sana, menerima hal-hal yang tidak bisa kita kontrol seperti para stoik yang mengamalkan berdamai dengan diri sendiri, tidak mudah untuk mengatakan bahwa pencapaian tertinggi dari tafsir damai adalah berdamai dengan diri sendiri, tetapi inilah yang tersisa dari seluruh pencarian makna damai. Tentang “jarak” ini pun dapat kita lihat sebuah visualisasi yang menarik dari karya Maria Auriella yang berkolaborasi dengan Kata diversity (diversitas) secara harafiah ditarik masuk dalam pameran ini dengan apa adanya, betul-betul apa adanya. Maka terlihatlah diversitas itu dalam corak, aliran, teknik presentasi dan lain sebagainya yang mengumpulkan kembali kekhususan-kekhususan dalam ilustrasi, seperti seni gambar (drawing), seni kartun, doodle, ilustrasi sekuensial dan lain-lain yang sebelumnya mengerucut dalam sub-sub untuk dalam khasanah ilustrasi, maka oleh sebab itulah pameran ini bernama Ilustrasiana.
Seperti pameran sebelumnya, ilustrasiana kedua ini digelar tidak di satu tempat, setelah Jakarta pameran digelar di Yogyakarta yang tentu saja komposisi karya pameranakan menarik karena penambahan karya dari ilustrator yang berdomisili di Yogya, penambahan karya ini memperkaya diversitas.
Di tengah peralihan teknologi yang hampir mengambil alih fungsi kerja kreatif manusia oleh mesin, pameran ini masih menunjukkan peran mendasar dari intelegensia manusia dalam menggagas dan terampil dalam membuat karya ilustrasi personal yang terdapat pada masing-masing ilustrator, sehingga khas dan menjadi otentik. Pameran ini adalah langkah menuju perkembangan pemikiran dan bidang ilustrasi yang terus maju. Selamat berapresiasi dan mencerna makna. Mari kita berdamai.
Beng Rahadian (Kurator Pameran)