Diskusi Alih Kreasi
JAYAPRANA-LAYONSARI
Dari Drama ke Sinema
Minggu, 24 Maret 2024, pukul 15.00-17.00 WITA di TB Gramedia Teuku Umar, Jl. Teuku Umar No.19A, Denpasar
Program Diskusi Bentara Budaya Bali kali ini akan membincangkan film “Jayaprana-Layonsari”, besutan dua sutradara Bali Utara, Putu Satria Kusuma dan Putu Kusuma Wijaya. Film yang diproduksi oleh Panitia Bali Film berkolaborasi dengan Kelir Bali Film dan Sang Karsa Film ini berangkat dari naskah dan drama panggung yang telah dieksplorasi oleh Putu Satria Kusuma sejak 2001. Versi drama tersebut sempat dipentaskan di Pesta Kesenian Bali dan di Gedung Kesenian Jakarta bersama bersama Teater Kampung Seni Banyuning pimpinan Nengah Wijaya.
Jayaprana-Layonsari merupakan legenda klasik yang berasal dari Buleleng, Bali, mengisahkan percintaan Jayaprana dan Sekarsari (Layonsari) yang terpisahkan oleh intrik Patih Saunggaling. Tidak hanya oleh Putu Satria Kusuma, romansa pilu Jayaprana dan Layosari—kerap disandingkan sebagai Romeo dan Juliet dari Bali—juga telah berkali digubah sebagai karya sastra, drama gong (pertunjukan drama khas Bali), hingga berbagai adaptasi teater modern. Bahkan, Jeff Last—penulis Belanda yang bermukim di Indonesia—pernah menulis naskah drama berjudul “Jayaprana” dan dibawakan oleh Studiklub Teater Bandung (1977) dan Teater Populer pimpinan Teguh Karya (1991).
Melalui timbang pandang kali ini, Putu Satria Kusuma dan Putu Kusuma Wijaya bukan saja akan pemaparan secara mendalam tentang kolaborasi layar lebar mereka, namun juga proses kreatif alih kreasi sebuah naskah drama menjadi karya sinematik. Akan diulas bagaimana kedua sineas ini mengalihwahanakan legenda klasik Jayaprana Layonsari menjadi film seraya tetap mempertahankan esensi tradisi dan nilai-nilai kultural yang mendalam. Kesulitan macam apakah yang dihadapi sutradara dan penulis naskah dalam proses adaptasi serta alih kreasi tersebut? Adakah keunggulan tersendiri pada medium film guna menghadirkan pengalaman naratif dan visual bagi penonton dibandingkan pemanggungan drama atau teater? Film Jayaprana-Layonsari telah tayang perdana 26 April 2023 di Cinepolis Plaza Renon, dan akan ditayangkan di Cinema XXI pada 28 Maret 2024.
Profil Narasumber
Putu Satria Kusuma
Lahir di Singaraja dan telah menekuni bidang film, penyutradaraan, dan penulisan skenario melalui workshop dan belajar sendiri. Telah menghasilkan film dokumenter dan film pendek yang beberapa di antaranya meraih penghargaan dalam Pesta Kesenian Bali, Denpasar Festival Film, Festival Seni Bali Jani, dan satu film dokumenter juga meraih penghargaan nasional dari Kementerian Kebudayaan RI. Ia juga menulis sejumlah skenario televisi untuk TVRI Bali dan Bali TV, di antaranya "Romantika Mesin Cuci" yang meraih penghargaan skenario film nasional dari Kementerian Kebudayaan RI. Selain fokus pada film, ia juga dikenal sebagai sutradara teater, penulis naskah drama panggung, sutradara sandiwara radio, dan penulis naskah sandiwara radio. Meraih penghargaan Bali Jani Nugraha dari Pemerintah Provinsi Bali (2020).
Putu Kusuma Wijaya
Lulusan Akademi Film Amsterdam Belanda tahun 1994, lalu bekerja cukup lama di salah satu stasiun swsta Jakarta, sebelum memutuskan pulang ke kampung halaman di Singaraja Bali. Sebagai sineas ia pernah terlibat dalam berbagai produksi film antara lain dalam film layar lebar “Under The Tree” arahan sutradara Garin Nugroho. Dalam film tersebut ia berparan sebagai asisten sutradara. Sebelumnya, Kusuma Widjaja terlibat dalam berbagai produksi serial televisi antara lain “Lupus”, “Dua Dunia”, “Tirai Sutra”, “Disaksikan Bulan” dan “Fantasi”. Beberapa film dokumenternya berhasil diputar di IDFA Amsterdam (The North Wind), Rotterdam Film Festival, Shanghai Film Festival dan Taiwan Documentary film Festival (On Mother’s Head).