Bentara Budaya Art Gallery
Bentara Budaya Art Gallery adalah ekstensa dari ruang pameran Bentara Budaya, yang dikembangkan di Lantai 8 Menara Kompas. Jika selama ini Bentara kental dengan kegiatan seni dengan anasir tradisional Nusatara, maka Art Gallery dikemas sebagai ruang pamer modern. Untuk itu, ada sejumlah fasilitas dan teknologi penunjang masa kini.
Melalui proses tender, PT Skala Maxima Griya (SMG) dari Tangerang, Banten, terpilih untuk mendesain sekaligus membangun Bentara Budaya Art Gallery. Proses pengembangan galeri makan waktu sekitar empat bulan, sejak Juni 2023 sampai galeri diresmikan tepat pada ulang tahun ke-41 lembaga ini, Selasa, 26 September 2023. Peresmian mengundang tamu dari kalangan seniman, kolektor, kurator, pimpinan Kompas Gramedia, dan media.
Desain galeri terinspirasi dari pohon badam (Prunus amygdalus) dengan cabang-cabang diagonal yang rancak, teratur rapi. Bagian lobi galeri dihiasi motif wastra yang mewakili daerah asal perintis Kompas Gramedia, yaitu batik Kawung asal Jawa Tengah-Yogyakarta, tenun Pandai Sikek asal Sumatera Barat, dan tenun Maumere dari Flores. Motif ini sekaligus mencerminkan kemajemukan Indonesia.
Galeri seluas 492 meter persegi berbentuk "U shape” ini berpusat pada lampu membran bulat menyerupai matahari sebagai simbol semangat. Ruang di sayap kiri-kanan dilengkapi sejumlah partisi portabel yang tersusun secara diagonal. Ada videotron indoor berukuran 2,72 meter x 4,48 meter serta dua proyektor di sisi kanan galeri untuk menayangkan video dan digital art. Terdapat pula ruang pertemuan dengan pandangan tembus ke arah galeri.
Pencahayaan memanfaatkan system special lighting asal Korea yang dapat diatur bentuk dan pendar cahayanya sehingga karya seni tampil optimal. Udara dikendalikan dengan sistem pendinginan central serta air dehumidifier untuk mengatur relative humidity (RH) standar museum.
Pengamanan dan pemantauan dijalankan melalui CCTV thermal (suhu) dan non-thermal di 26 titik. Untuk antisipasi kebakaran, terdapat sistem splinkler otomatis yang terintegrasi dengan fire detector serta fire extingueiser type AF 11 yang aman bagi benda seni.
Peresmian galeri juga ditandai dengan pameran "Wajah Manusia Indonesia." Ada 37 lukisan koleksi Bentara yang dipilih oleh dua kurator, Efix Mulyadi dan Frans Sartono, untuk menggambarkan manusia Indonesia. Lukisan-lukisan itu karya para seniman dari periode tahun 1930-an sampai 2000-an. Mereka mewakili beberapa generasi seni rupa modern Indonesia.
Para seniman itu, antara lain, karya Affandi, S Sudjojono, Dullah, Hendra Gunawan, Dede Eri Supria, Basoeki Rsobowo, Huang Fong, Fajar Sidik, juga Sarnadi Adam, Budi Ubrux dan Wara Anindyah. Ada juga sejumlah perupa Bali, seperti I Gusti Nyoman Lempad, I Made Djata, I Wayan Turun, Nyoman Mandera, dan Ketut Regig. Dengan pendekatan visual dan pilihan obyek masing-masing, semua seniman itu menafsirkan sosok manusia Indonesia.
Pameran juga dilengkapi dengan sejumlah wayang kulit, wayang kayu (golek tengul), serta wayang suket (rumput). Dihadirkan pula karya seni tiga dimensi, sperti patung dan keramik. Semuanya koleksi Bentara Budaya, yang dihimpun perintis Kompas Gramedia sejak Tahun 1970-an.
Memasuki ruang galeri, kita akan langsung mendapatkan kesan kuat: kemajemukan. Manusia-manusia itu memiliki variasi wajah, karakter, dan konteks sosial yang menunjukkan keberagaman bangsa Indonesia. Ada rakyat biasa yang bekerja di desa; kaum aristocrat; bocah-bocah di perkampungan kota; para penari tradisional; wajah politisi yang berkampanye; juga potret diri seniman.
Kemajemukan ini menegaskan kenyataan bahwa bangsa Indonesia dihuni oleh manusia-manusia yang beragam dalam suku, ras, agama, atau golongan. Semua adalah warga negara Indonesia dan turut membentuk wajah negeri ini sejak dulu sampai sekarang. Bermacam manusia itu diharapkan dapat hidup dengan damai dan saling menghargai satu sama lain. Inilah kekayaan yang patut untuk disyukuri.