Pameran Tunggal Putu Sutawijaya
“LELAMPAH”
Kurator dan Penulis: Kris Budiman
Pembukaan pameran: Kamis, 14 September 2023, pukul 19.00 WIB
Diresmikan oleh: Inayah Wahid ; MC: Ampun Sutrisno
Pameran berlangsung: 15-29 September 2023, pukul 10.00 - 18.00 WIB
(pameran TUTUP pada tanggal 28 September 2023)
Artist’s Talk: Sabtu, 16 September 2023, pukul 15.00 WIB - selesai
“LELAMPAH” Putu Sutawijaya
Seniman asal Bali ini sudah lama menunjukkan ketertarikannya terhadap Candi Kedaton yang terletak di selatan Probolinggo. Entah apa yang melintas dalam pandangan batinnya, tiba-tiba preferensi dan referensinya tertuju pada Garudeya di Candi Kedaton.
Siapa yang tidak tahu burung Garuda? Burung yang dijadikan lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia ini memiliki makna simbolis baik secara estetis, historis, mitologis, dan ideologis. Secara ideologis, merupakan penjabaran dari nilai-nilai Pancasila, sedangkan secara historis merupakan karya rupa adiluhung yang menjabarkan sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia. Secara mitologis, berkaitan dengan nilai-nilai karakter alam bawah sadar manusia Indonesia yang berkepribadian dalam kebudayaan. Secara estetis merupakan karya rupa paripurna yang sarat akan nuansa seni, indah secara visual yang menggambarkan cita rasa seni bangsa Indonesia dari generasi ke generasi.
Pada kesempatan ini, Sang Maestro seni Putu Sutawijaya membangkitkan niatnya untuk melanjutkan laku lelampahnya. Lampah dalam bahasa jawa memiliki arti berjalan. Sehingga, lelampah dapat dipahami sebagai suatu proses perjalanan. Laku lelampah Putu Sutawijaya tak lain untuk menelisik kembali jejak histori cerita Garudeya dari Candi Kedaton, Probolinggo, Jawa Timur.
Menurut Putu Sutawijaya dan Kriss Budiman, kisah Garudeya biasa ditaruh dalam dua konteks. Pertama, dalam konteks kehidupan keluarga, Sang Garuda merepresentasikan sebuah keutamaan yaitu nilai bakti kepada ibu. Kedua, dalam konteks kehidupan bangsa, ia merupakan alegori pembebasan dari penindasan dan pemerdekaan tanah air dari belenggu kolonial.
Putu Sutawijaya meneruskan “Lelampah”, atau perjalanan tafsiriah, melalui sapuan-sapuan visual atas sapaan-sapaan naratif Garudeya. Bagaimana kita menjalankan dan menjalani kehidupan berbangsa, perjalanan ke-bangsa-an (nation-ness) esok, dilandasi oleh narasi-narasi yang kita bangun bersama kemarin dan hari ini.
Hasil dari laku lelampah Putu Sutawijaya ini melahirkan karya-karya yang akan dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta pada pertengahan bulan September. Dari pameran ini tentunya seniman dan pihak-pihak terkait berharap agar dapat membangkitkan semangat nasionalisme masyarakat Indonesia di era global ini.
Bentara Budaya Jakarta mengundang semua #SahabatBentara untuk datang dan menikmati pameran seni ini. Selain sebagai ruang rekreasi, pameran ini menyajikan wawasan yang sudah seharusnya diketahui oleh semua kalangan. Sudah semestinya kita sebagai generasi muda terus bangkit dengan semangat nasionalisme untuk mempertahankan kemerdekaan. Salah satu jalannya dengan mengetahui jati diri atau identitas kita sebagai warga negara Indonesia. Dan hal itu bisa dilakukan dengan memahami jejak histori bangsa ini.
Baca juga : Putu Sutawijaya Mencari Garuda
Baca juga : Menegaskan Garuda