Pameran Ilustrasi Bentara Budaya
“ILUSTRASIANA” Jakarta
Peresmian Pameran: Rabu, 14 September 2022, pukul 19.00 WIB
Dibuka oleh: Dr Indah Tjahjawulan, M.Sn (Rektor Institut Kesenian Jakarta)
Pameran Berlangsung: 15-22 September 2022, pukul 10.00-18.00 WIB
Seminar “ILUSTRASI DALAM WACANA TERKINI”
Sabtu, 17 September 2022, pukul 10.00 WIB-selesai
Narasumber: Beng Rahadian (Institut Kesenian Jakarta), Karna Mustaqin (Universitas Indonusa Esa Unggul), Evelyn Ghozalli (Asosiasi Ilustrator Indonesia)
Moderator: Ika W. Burhan
Workshop Ilustrasi/Gambar “KULINER DI ATAS KERTAS BARENG YANITA”
Minggu, 18 September 2022, pukul 10.00 - 12.00 WIB
Narasumber: Yanita Indrawati (Ilustrator)
Catatan: peserta membawa sendiri alat gambar (cat air & kertas water colour)
Tempat: Bentara Budaya Jakarta, Jl. Palmerah Selatan No 17, Jakarta
Sahabat Bentara dapat mengunjungi pameran dan rangkaian acara yang ada sesuai jadwal di atas. Registrasi kunjungan melalui link perdaftaran bertanda merah!
MULTIKULTURAL DARI MULTIPERSONAL
Perjalanan manusia dalam memahami dunia dimulai dari gambar. Apa yang dilihat manusia diserap dan diinternalisasi kemudian diwujudkan kembali dalam bentuk gambar, yang dibuat dari alat sangat sederhana menggunakan apa yang tersedia di alam hingga alat dalam teknologi kecerdasan artifisial.
Ilustrasi tumbuh di setiap jaman sebagai bahasa ungkap manusia dari tujuan personal, hingga tujuan publikasi. Ilustrasi pada peradaban modern setelah Guttenberg berkembang dalam media penerbitan sebagai bagian dari teks, sebagai penegas, penjelas atau sebagai elemen estetis saja. Era modernisme Ilustrasi diajarkan secara formal dan ilmiah sebagai bagian dalam pendidikan seni rupa. Kini, ilustrasi telah berkembang tak hanya dari segi fungsi, bentuk serta estetika saja namun konteks di mana ilustrasi tidak lagi dependen pada teks yang telah berdiri sendiri sebagai media berekspresi. Ilustrasi telah hidup lama dalam bayang-bayang seni murni yang memuliakan ekspresi, sehingga pencapaian kerja ilustrator “setinggi” apa pun tetap tidak akan dianggap setara dengan karya seni murni semisal lukisan. Pemikiran tersebut kemudian runtuh oleh gerakan posmodern yang mendobrak segala batas, ilustrasi yang ditempatkan dalam ranah pop lantas diadopsi ikon-ikonnya, cara kerjanya bahkan estetikanya oleh para pelukis pop art, dalam gerakan lowbrow art di Amerika pada tahun 70-an para ilustrator bekerja dengan pendekatan seperti melukis.
Ilustrasi yang dibicarakan saat ini meskipun berbasis gambar namun cakrawalanya lebih lebar dari seni gambar, ia telah menjelajah ruang dan menampung semua perkembangan dan penemuan artistik. Tidak ada yang baru sebetulnya, sebab sejak dimulainya gambar oleh manusia prasejarah dan selanjutnya, media yang digunakan telah beragam dari dinding goa, batu, kulit, daun, kayu, tubuh manusia hingga medium digital, dengan teknik yang beragam pula seperti dipulas, ditatah, dipahat, disungging, ditato atau dicoret. Maka, jika semua dapat kita anggap sama saja, lantas kebaruan apa dalam seni ilustrasi sekarang ini?
Jamanlah yang menjadikannya berbeda, sebab setiap jaman merepresentasikan perkembangan pemikiran. Saat ini peran alat dan media yang digunakan oleh seorang ilustrator dalam berkarya menentukan estetika yang bisa jadi sama bernilainya dengan gagasan. Pameran Ilustrasiana yang diselenggarakan secara maraton sejak bulan Mei hingga September ini menunjukkan kecenderungan tersebut untuk mewakili kekinian. Pada pameran ini, kita tak hanya melihat kemandirian ilustrasi yang muncul di luar teks, namun upaya ilustrator yang melepaskan diri dari media konvensional. Sebuah hal yang menunjukkan keragaman dari gaya, topik hingga medium.
Jaman pula lah yang membentuk ilustrasi dalam perhelatan Ilustrasiana merepresentasikan pembauran yang terbentuk secara sosial melalui komunitas. Seni gambar, ilustrasi telah terdefinisikan secara akademis dengan perkembangannya berdasarkan kriteria-kriteria, kemudian para pelakunya mengelompokkan diri berdasarkan kriteria tersebut dan membentuk komunitas, semisal sketchers, doodle artist, kartunis yang secara definitif memiliki ciri dan tujuan berbeda yang berbeda namun di antara pelakunya membaur dalam satu kegiatan yang sama. Hingga terjadilah persilangan - yang tidak terlalu berbeda sebenarnya sebab masih berada dalam ranah yang sama - sehingga membentuk karya-karya dengan nuansa baru atau bahkan bentuk baru. Hal tersebut merupakan sifat dan cara kerja seni yang progresif dan terus bergerak.
Pembauran di Indonesia dapat terjadi dengan cepat karena karakter sosial manusia Indonesia yang terbiasa hidup dalam kemajemukan, pada satu sisi mereka berkelompok berdasarkan kriteria akademis di sisi lain mereka saling memasuki antar kelompok dan membangun lingkungan yang inklusif, sehingga muncullah kebersamaan yang sangat terasa sekali saat pandemi melanda, kelompok-kelompok ini tetap berkumpul dengan menyediakan ruang bersama untuk berkreasi, berkolaborasi secara virtual, sehingga turut berkontribusi dalam pelepasan stres sebagian masyarakat melalui art healing.
Perjalanan pameran Ilustrasiana telah membawa kita pada arena seni ilustrasi di Indonesia yang telah dimasuki oleh para ilustrator dari berbagai kalangan dan disiplin ilmu seperti arsitektur, visual merchandiser, graphic recorder, desainer grafis, kartunis, komikus, sketchers, storyboard, storyteller, motion picture dan lain-lain. Pada Ilustrasiana pula sekumpulan ilustrator yang telah lama menggagas pendirian asosiasi ilustrator dikerucutkan, asosiasi memiliki kebutuhan yang mendesak untuk melindungi para ilustrator bekerja dalam payung hukum, mewadahi pada fasilitas tertentu yang menunjang keprofesian. Langkah yang sama dengan pembentukan Persatuan Ahli Gambar (Persagi) sejak prakemerdekaan, maka secara filosofis asosiasi ilustrator kini yang bernama “Garis” mengemban tugas mengisi kemerdekaan dengan sikap, yakni dengan merdeka dalam gagasan, medium serta eksistensinya sebagai ilustrator.
Ilustrasiana dari berbagai kota yang mewakili kini disajikan kembali di Bentara Budaya Jakarta dengan menampilkan 40 pelaku ilustrasi lintas generasi dari berbagai daerah di Indonesia, jumlah ini menyesuaikan dengan momentum ulang tahun Bentara Budaya ke 40, sebuah bentuk penghargaan kedua belah pihak yang bersifat sinergis. Kurator yang bertindak sebagai art collaborator berusaha menjembatani antara wacana, pelaku dan ruang yang selalu menjadi tiga elemen penting dalam peristiwa kesenian. Mari berapresiasi dan terimakasih.
Beng Rahadian (Kurator Pameran)