SUBLIMASI SUPARDI
Sudah lebih 40 hari Jemek berpulang, namun nama, sosok, serta guyub hangat persahabatannya masih saja jadi perbincangan. Bukan hanya oleh teman-teman seniman di Yogyakarta yang memang merasa kehilangan, akan tetapi juga jadi bahasan di banyak kota di banyak kota di tanah air. Pencapaian dan dedikasinya pada seni panggung, terutama pantomim, yang sudah dilakoninya selama lebih tiga dasa warsa, memang meninggalkan jejak yang panjang mewarnai kehidupan kesenian di Indonesia.
Dilahirkan di Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta pada 14 Maret 1953, Jemek Supardi tutup usia pada 16 Juli 2022 di rumahnya. Sebelumnya ia sempat dirawat beberapa waktu di rumah sakit Panti Rapih karena infeksi paru-paru.
Nama panggilan akrabnya, Jemek. Sedini remaja ia mengalami pahit getirnya kehidupan di jalanan. Kelak terbukti, asam garam pengalaman kesehariannya itu, menjadi kekayaan batin, memancar melalui olahan tubuhnya menyapa kita, pemirsa. Tubuhnya adalah bahasa ekspresi penuh renungan, diolahnya dengan penuh dedikasi sebagai sebuah seni persembahan. Maka, ia hadir meruang tak hanya di atas panggung, tapi juga di persimpangan jalan, terminal, kompleks pemakaman, sungai, bahkan di tempat pembuangan sampah. Sejatinya ia bukan sedang pentas atau menyajikan tontonan, akan tetapi adalah ungkapan kesaksian akan kenyataan yang dirasa patut dikritisi atau dimaknai.
Sedini muda ia telah bergabung dengan kelompok teater Teater Boneka Yulithemor, Teater Dinasti dan Teater Alam. Kegigihan dan kesungguhannya mendapat pujian, akan tetapi karena keterbatasannya dalam menghafal naskah, akhirnya ia harus menerima peran sebagai sosok di belakang panggung; menata artistik atau bahkan hanya seksi sibuk untuk pertunjukan. Namun, keinginannya untuk hadir sebagai aktor, tak bisa dibendung. Seni pantomim, jadi pilihannya. Tubuhnya bersuara lebih nyaring melampaui kata-kata yang diucapkan. Setiap gerak adalah alun gema batinnya, Sublimasi diri; begitu kontemplatif, sugestif dan imajinatif. Sebentuk pesan untuk khalayak luas, tak terbatas semata pencinta kesenian.
Saksikan rangkaian episode cerita serta proses karya Jemek Supardi pada link di bawah ini :
Feature Budaya
"Tribute To Jemek Supardi"
Dunia Tanpa Kata Episode 1
Gaya Pantomim Gali Jogja Episode 2
Seni Tak Ada Mati Episode 3
Sublimasi Jemek Supardi Episode 4