Keluarga PARA RUPA YOGYAKARTA bekerja sama dengan Bentara Budaya menyelenggarakan Pameran Seni Rupa Holistik “Dari Titik ke Penguatan Keluarga” di Bentara Budaya Yogyakarta. Pameran ini menampilkan beragam karya seni rupa hasil cipta anak-anak difabel selama masa pandemi 2019-2022.
Pameran ini bertujuan untuk menstimulasi penguatan rasa percaya akan potensi kemapuan berkarya seni rupa anak anak bersama keluarganya serta menjalin komunikasi bahasa visual artistik bersama masyarakat.
Para Rupa Yogyakarta terdiri dari enam anak difabel beserta keluarganya, yaitu Muhammad Irsyad Hadyan (tunagrahita ringan), Syifa Maulida Basuki (sindrom Down), Nadya Annisa Raharjo (mild autism), Indhira Larasati (tunagrahita ringan), Mathea Lintang Joy Adwedaputri (sindrom Down), dan Kireina Jud Aisyah (sindrom Down). Keluarga Para Rupa berkumpul dan berkarya bersama sejak April 2019, dengan didampingi perupa Moelyono sebagai fasilitator.
Di dalam pendampingannya, Pak Moel mengajak anak-anak Para Rupa untuk mengeksplorasi unsur dasar seni visual, diawali dengan titik dan dilanjutkan dengan garis. Eksplorasi dimulai dengan menggambar titik dua dimensi di atas kertas dan kanvas, lalu dikembangkan dengan membuat bentuk titik tiga dimensi menggunakan isian nat keramik. Eksperimen ini kemudian terus dikembangkan di dalam proses Para Rupa menjadi beragam karya, yang dapat disaksikan di dalam pameran ini.
Pada kesempatan ini, keluarga Para Rupa Yogyakarta tidak hanya memajang karya, namun juga menampilkan benda dan suasana yang dialami anak sehari-hari di rumahnya. Instalasi ini bertujuan menghadirkan anak sebagai subjek, yang memiliki hak dasar untuk berekspresi, salah satunya melalui medium seni rupa. Proses ini mengacu kepada pendekatan manusia sebagai makhluk holistik, yaitu memiliki dimensi fisik, sosial, emosional, intelektual, dan spiritual yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan.
BIOGRAFI ANAK
PARA RUPA YOGYAKARTA
Muhammad Irsyad Hadyan (tunagrahita ringan) lahir di Batam tahun 2004. Guna memfasilitasi jenjang pendidikannya ke sekolah lanjutan, ia kemudian pindah ke Jogja untuk menimba ilmu di SLB Negeri 1 Yogyakarta. Kini Hadyan tergabung dalam National Paralympic Committee (NPC) Kota Yogyakarta sebagai atlet renang. Hadyan senang bersepeda keliling kota. Ia sangat disiplin terutama dalam menyusun jadwal hariannya, selain sekolah, ia juga mengikuti berbagai lomba fashion show dan bermain pantomim. Ia mahir menjahit dan membuat kue bolu. Bersama Para Rupa, Ia mengikuti pameran Special Needs Art Festival 2019 di Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Syifa Maulida Basuki (sindrom Down) baru menamatkan TK PKK Widodomartani, dan melanjutkan sekolah di SLB Negeri 1 Sleman. Ia suka menari dan menyanyi. Setiap hari Senin, diantar ayah dan ibu, Syifa menjalani terapi supaya pandai menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, kadang ia masih pemalu ketika bertemu dengan teman-teman yang belum ia kenal. Ia terlihat menikmati seni karena dia selalu menghabiskan setumpuk kertas dan menggambar setiap hari. Bersama Para Rupa, ia berpartisipasi di dalam pameran Nandur Srawung 6: Gegayutan di Taman Budaya Yogyakarta pada 2019.
Nadya Annisa Raharjo (mild autism) berusia 21 tahun dan sudah menamatkan masa sekolah menengahnya di SLB Negeri 1 Yogyakarta, pada tahun 2020. Dia mengidolakan kakaknya, mas Jody, seorang arsitek yang bekerja di PUPR. Nadya pernah berpartisipasi dalam Jambore Difabel dengan Nalitari dan bermain operet. Selain melukis di kanvas, Nadya juga banyak menggambar figur karakter binatang dan manusia dengan spidol. Ia banyak mengoleksi mainan Smurfs dan BT21. Selain hobi jalan-jalan, Nadya membuat kerajinan tangan dengan manik-manik untuk dibuat gelang dan kalung. Sejak 20016 Nadya sudah aktif mengikuti berbagai macam pameran seni rupa, di antaranya dalam rangka Hari Difabel Internasional 2017 dan bersama Para Rupa di Nandur Srawung 6: Gegayutan pada 2019.
Indhira Larasati (tunagrahita sedang) sudah menamatkan sekolahnya di SLB Negeri 1 Yogyakarta tahun 2018. Setelah lulus sekolah, Laras selalu menemani ayah bekerja, pergi ke Bank, atau belanja bahan untuk dijahit di usaha orang tuanya bernama Pilar House. Kata ayah, Laras tidak suka balon, rambut nenek (arum manis), dan durian. Laras suka bermain bola dan sepeda. Menjelang tidur biasanya ia menggambar di kertas, namun bertemu bersama teman-teman Para Rupa adalah hal yang paling disukainya dan memotivasinya untuk berkarya. Pada 2018, ia mengikuti pameran perdana kelompok Perspektif di Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Bersama Para Rupa ia pernah berpartisipasi dalam Special Needs Art Festival di Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan Nandur Srawung 6: Gegayutan di Taman Budaya Yogyakarta.
Mathea Lintang Joy Adwedaputri (sindrom Down) lahir di Jakarta tahun 2003. Saat usianya menginjak 6 tahun, ia pindah ke Yogyakarta. Lintang menyukai warna ungu dan suka sekali menari jawa, musik jawa, menonton ketoprak, dan semua yang berbau tradisi. Di sekolah, ia mengikuti kegiatan tari dan fashion show, serta beberapa pementasan seperti menari di Museum Benteng Vredeburg, Hotel Ambarrukmo, dan masih banyak lagi. Lintang juga suka membuat batik jumputan. Tahun ini dia baru saja lulus sekolah. Lintang bergabung dalam Nalitari serta mengikuti beberapa pentas dan pagelarannya. Lintang juga ikut di organisasi POTADS (Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome). Bersama Para Rupa, ia mengikuti berbagai macam pameran, di antaranya Nandur Srawung 6: Gegayutan di Taman Budaya Yogyakarta.
Kireina Jud Aisyah (sindrom Down) duduk di kelas 5 SD SLB Negeri Pembina Yogyakarta. Kegemarannya melukis sudah terlihat sejak kelas 1 SD. Biyung pun mendampingi dan mengasah bakat Jud. Pada 2021, Jud diundang mengikuti pameran Rima Rupa, Jogja International Disability Art Biennale di Galeri RJ Katamsi, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Pada awal 2022, Jud berkesempatan berkarya bersama tiga seniman talenta khusus di dalam sebuah proyek penggalangan dana berjudul In Special Power, We Believe!, Celebrate Diverse Learners 2022. Jud juga tergabung di dalam tim Senam Silat Down Syndrome POTADS (Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome) Yogyakarta. Menurut penuturan biyung, hingga saat ini Jud sudah cukup mandiri di dalam menjalankan kegiatan sehari-hari, seperti mandi, makan siang, dan melakukan pekerjaan rumah sederhana.
Jadwal acara :
Pembukaan : Minggu, 17 Juli 2022, pukul 15.30 WIB
Menampilkan: Pantomim oleh M. Irsyad Hadyan, Pertunjukan tari “Kaksa” oleh Nalitari
Pameran berlangsung : Senin–Minggu, 18–24 Juli 2022, pukul 10.00 – 21.00 WIB
Workshop Hari Anak Nasional: Sabtu, 23 Juli 2022, 10.30 WIB (khusus undangan)
Tempat : Bentara Budaya Yogyakarta, Jl. Suroto No. 2, Kotabaru, Yogyakarta
Sahabat Bentara dapat mengunjungi pameran sesuai jadwal di atas. Registrasi kunjungan melalui link perdaftaran bertanda merah!