Seperti judul bukunya Air Kata – Kata, rasanya seperti itu pula kehidupan Sindhunata berjalan. Sejak masih berusia dua puluhan Sindhunata mencoba akrab dengan kata – kata lewat tulisannya yang dimuat di berbagai media. Ketika berusia dua puluh lima tahun dirinya menjadi wartawan Kompas, sejak itu pula Sindhunata menjadi jurnalis yang menulis berbagai peristiwa yang terjadi. Dengan menjadi wartawan Sindhunata memotret kehidupan dengan tulisan yang menggugat berbagai persoalan kehidupan.
Kemanusiaan merupakan tema utama yang menjadi perhatian Sindhunata, bahkan sejak dirinya masih wartawan muda di Majalah Teruna milik Balai Pustaka. Bagi Sindhunata kemanusiaan tidak hanya hadir lewat feature atau berita, namun bisa melalui berbagai tulisan. Anak Bajang Menggiring Angin, salah stau tulisan Sindhunata dengan latar belakang kisah pewayangan Ramayana mampu menampilkan sisi kemanusiaan yang kuat. Anak Bajang Menggiring Angin bukan saja sebuah cerita dengan keindahan kata – kata, tapi seperti cermin kehidupan manusia yang penuh dengan ambisi, dan pengharapan. Anak Bajang Menggiring Angin yang awalnya sebuah cerita bersambung di Kompas kemudian menjadi novel yang sangat digemari masyarakat.
Di awal 80 – an, tepatnya tahun 1982 Sindhunata bersama dengan teman – teman wartawan Kompas, dan beberapa seniman mendirikan Bentara Budaya yang menempati ruangan di sebelah toko buku Gramedia Yogyakarta. Awal mula berdirinya Bentara Budaya hanyalah untuk memanfaatkan ruang yang ada, serta sebagai bentuk kepedulian pada kesenian yang terpinggirkan. Namun Bentara Budaya berkembang melebihi harapan awal, dan menjadi sejarah bagi banyak kesenian dan seniman yang pernah berkegiatan di Bentara Budaya. Lewat Bentara Budaya pula Sindhunata mengenal beberapa perupa, bahkan dirinya menjadi bagian dari perkembangan seni rupa. Sindhunata membaca seni rupa tidak dari sisi teknis, namun dilihat sebagai peristiwa sosial budaya yang berpengaruh bagi kehidupan yang luas.
Pada suatu waktu Sindhunata pernah menjadi penulis kolom berbahasa Jawa di koran Suara Merdeka terbitan Semarang. Kolom yang berjudul Pamomong tersebut menjadi bacaan yang menarik bagi ribuan pembaca. Tidak sebatas kolom berbahasa Jawa, Sindhunata menulis sebuah buku yang berjudul Amburing Kupu Kupu Kuning yang juga berbahasa Jawa.
Kisah Sindhunata berikutnya menulis tentang sepak bola. Tulisan sepak bola Sindhunata merupakan feature tentang kisah sepak bola dari perjalanan hidup pemain, kisah tentang perjalanan klub sepak bola, tradisi sepak bola di berbagai negara terkemuka di dunia persepakbolaan. Sindhunata salah satu dari penulis awal tentang persepakbolaan, bahkan saat dirinya sekolah di Jerman tidak lupa menulis sepak bola. Pada Piala Dunia 1990 di Italia Sindhunata menjadi korespondensi untuk Kompas. Tulisan tentang sepak bola berlanjut hingga saat ini. Masih banyak kisah tentang Sindhunata dan tulisan – tulisannya. Air Kata – Kata itu terus mengalir sampai sekarang ini, tahun 2022 usia Sindhunata menginjak 70 tahun, tapi kiranya Air Kata – Kata Sindhunata tidak berhenti pada angka tersebut. Selamat Ulang Tahun.
Peresmian Pameran: Selasa, 17 Mei 2022 pukul 19.00 WIB
di Bentara Budaya Yogyakarta (wajib reservasi, kapasitas terbatas)
Pameran berlangsung: 18 – 22 Mei 2022 pukul 10.00 - 19.00 WIB
Sahabat Bentara dapat mengunjungi pameran sesuai jadwal yang ada. Registrasi kunjungan melalui link perdaftaran bertanda merah!